.comments-page { background-color: #00BFFF;} #blogger-comments-page { padding: 0px 5px; display: none;} .comments-tab { float: left; padding: 5px; margin-right: 3px; cursor: pointer; background-color: #f2f2f2;} .comments-tab-icon { height: 14px; width: auto; margin-right: 3px;} .comments-tab:hover { background-color: #eeeeee;} .inactive-select-tab { background-color: #d1d1d1;}
DFN. Powered by Blogger.

SELAMAT DATANG DI DAFONE'S NOTE

Nge-Blog'e arek Go-Blog
Home » , » Perjalanan keduaku menuju kabupaten Sampang

Perjalanan keduaku menuju kabupaten Sampang

Alhamdulillah, sekarang Aku mulai rajin posting di blog ini, menjadikan blog sebagai Diary dan tempat berbagi. Kali ini Aku mencoba menceritakan perjalananku ke rumah kakak Ipar di madura. Tepatnya di kabupaten Sampang kecamatan Robatal desa Torjunan. Meski sebelumnya aku pernah berkunjung kesana bersama keluargaku.

            Well, karena kami harus tiba disana pagi, tentunya harus berangkat malam hari. Kami sekeluarga berangkat dari rumah jam sebelas menggunakan Dua mobil. Meski sedikit ngantuk, tetap saja berangkat demi tiba disana tepat waktu. Perjalanan dimulai jam 22:30 WIB 21 Desember 2012 (hari yang digemborkan kiamat oleh bangsa Maya dan ternyata tak terbukti) dari probolinggo.

            Perjalanan Malam hari memang lebih baik, karena udara tak terlalu panas, namun ada kekurangannya yakni kita tidak bisa menikmati pemandangan dijalan. Mobil Xenia yang kutumpangi dengan beberapa anggota keluarga berada didepan jauh meningkalkan mobil kedua yang terjebak Macet di probolinggo. Tanpa menunggu mobil yang dibelakang akhirnya pak sopir berinisiatif menunggu di jalan menuju Tol Gempol.

            Hem… lumayan lama menunggu mobil kedua, sekita limabelas menit dan akhirnya kami berkumpul kembali. Beriiringan kami menuju jalan tol dan dengan kecepatan penuh dan kecakapan serta navigasi sopir di mobil yang kutumpangi akhirnya kami tiba di Pintu masuk jalan tol jembatan suramadu. Jembatan yang menghubungkan kedua pulau yakni pulau jawa dan madura perlahan kami lewati. Indahnya pemandangan dimalam hari dan kencangnya hembusan angin laut beraroma khas mulai menemani penyebrangan kami. Saat mencari kamera untuk mengabadikan pemandangan malam itu ternyata kamera masih berada di mobil satunya. “Hadeh.. yaudah semoga saat pulang bisa mengabadikan jembatan Suramadu”, kataku dalam hati.

            Setelah menyebrang, entah kapan Aku mulai terlelap didalam mobil hingga Akhirnya Aku dibangunkan oleh kakakku. Saat membuka mata, ternyata kami sudah berada disebuah masjid di kabupaten sampang. Kulihat jam dinding masjid ternyata menunjukan pukul tiga pagi. Kulihat ada seorang bapak-bapak berada di dalam masjid, dan kami kira dia adalah takmir masjid. Akhirnya kami meminta izin kepada takmir masjid untuk numpang istirahat sambil menunggu waktu sholat shubuh. Alhamdulillah kami diijinkan oleh bapak itu.


(Masjid yang Kami singgahi)

Aku mencoba telentang diatas lantai masjid yang dingin untuk menghilangkan capek karena duduk terlalu lama. Sepertinya semua kecapean dan melakukan hal yang sama di teras masjid. Hingga akhirnya adzan shubuh berkumandang, Aku dan beberpa anggota keluarga yang hendak melakukan sholat langsung ke kamar mandi untuk berwudlu.
            Beberapa warga sekitar mulai berdatangan, umumnya mereka adalah bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah berumur untuk melakukan sholat berjamaah. Tidak terlalu banyak memang, tapi Aku takjub dengan beberpa orang yang datang sambil naik sepeda kayuh dan ada ibu-ibu yang membawa senter berjalan lewati tengah sawah hanya untuk berjamaah di masjid. Yang menjadi pertanyaanku adalah kemana para remaja dan orang-orang yang masih muda? Sebenarnya Aku tak pantas menanyakan hal itu, karena Aku juga jarang untuk sholat berjamaah. Hehehe. (malas kali). Akhirnya sholat shubuh selesai, beberpa orang sudah pulang kerumah masing-masing. Tinggal beberpa bapak-bapak yang lanjut dengan mengaji di masjid. Aku dan keluargaku malah sarapan di masjid itu. Inilah sarapan bersama yang kami lakukan terlalu dini untuk dikatakan sarapan. Hehehe.

          Matahari sudah mulai terbit, sebelum melanjutkan perjalanan Aku menyapu masjid dan membersihkan sampah yang kami tinggalkan. Itulah hal yang haru kita lakukan, dimanapun kita harus tetap menjaga kebersihan, apalagi itu tempat ibadah. Setelah yakin cukup bersih seperti semula, Semuanya masuk ke mobil dan Tarik gas menuju Kecamatan Robatal Sampang Madura. Dan beberpa menit kemudian (kurang lebih 20 menit) kami sampai di Desa Torjunan tujuan kami. 
(Balai Desa tempat kami menitipakan MObil)

            Mobil yang kami tumpangi diparkir dihalaman balai Desa, karena Rumah yang akan kami tuju berada di dekat balai Desa Torjunan. “Alhamdulillah” itulah yang kukatakan ketika menginjakan tanah madura, karena perjalanan kami ke madura lancar dan selamat dijalan. Oleh-oleh dari rumah yang berjumlah delapan karton yang isinya bermacam-macam kue dan sembako juga ikan yang dibawa oleh keponakanku. Maklum kalau ke madura harus membawa apa yang kiranya gak ada disana, jadi yang kami bawa itu adalah hal-hal yang sulit didapatkan di desa itu.

            Dari Balai Desa, Rumah yang akan kami kunjungi sudah terlihat, Bangunan baru berbatu bata berwarna putih berdiri di sebrang sawah. Oia, Entah mengapa Sepanjang perjalanan Aku melihat tumpukan batu bata berwarna putih dipinggir jalan. Eh setelah bertanya ke orang sana, Batu putih itu dijual sebagai bahan bangunan. Harganya kalau gak salah denger Rp 800.000 unutk 2000 batu bata berwarna putih. Itu mahal enggak ya? Mahal tidaknya tergantung darimana sudud pandang kita, kalau menurut warga sana itu sudah murah kok. Hehehe.  
(Rumah Bertembok Putih)
(Batu batanya berwarna putih loh... asli batu bukan dari tanah dibakar terus diwarnai :D )

            Setelah beberapa jam kami tiba disana, pemilik rumah langsung menyugukan kami makan. Makanan yang sudah terkenal di pulau madura yakni Sate Madura. Semua orang mendapatkan satu porsi sate yang terdiri 10 tusuk Sate, terlalu banyak memang yang disediakan untuk kami. Karena kami tidak menghabiskan apa yang disugukan, mereka bilang bahwa kami tidak suka makan sate atau sate yang kami makan tidak cocok.
            Ingat orang-orang madura meski terkenal kasar tapi sebenarnya mereka baik. Jamuan yang dilakukan orang-orang sana memang terlihat berlebihan namun itulah tradisi mereka, menjamu tamu layaknya seorang raja. Kalau tidak dihabiskan pasti mereka akan sedih karena mengira masakan mereka tidak cocok dengan lidah tamunya. Kakak hanya menjawab bahwa kami semua sudah kenyang, dan  memang satenya enak tapi terlalu banyak untuk dihabiskan. Akhirnya meeka mengerti dengan alasan itu. hehehe

            Setelah makan, aku mencoba berkeliling sekitar rumah, melihat-lihat apa saja yang ada disana. Ketika melihat kamr mandi, ada sebuah bambu yang dibelah membentang masuk ke kamar mandi seperti pancuran. Ternyata, di daerah itu masyarakat memanfaatkan air hujan yang ditadah dari atap rumah disalurkan menuju kamar mandi. Maklumlah daerah perbukitan yang sulit untuk mendapatkan air. Meski ada tapi umayan jauh untuk pergi ke sumber air terdekat.
(Saluran Air yang terbuat dari Bambu untuk mengalirkan Air Hujan)

(Suasana Di kamar Mandi)

            Disamping kamar mandi agak jauh sedikit ada dapur yang masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Tungku yang mereka pakai berbeda dengan tungku pada umumnya yang ku kenal. Aku hanya tahu tungku dari tanah liat dan tungku dari susunan batu bata merah yang biasa digunakan oleh oran2 rumah ketika mengadakan acara besar seperti pernikahan dan acara lain. Tapi orng madura lebih kretif dan sedikit modern, mereka menggunakan rangkaian besi seperti gambar dibawah ini. Harganya cukup murah, untuk yang single Cuma 40rb, dan buat yang doubel mencapai 75rb.

Tungku buatan warga sekitar
            Dibelakang Rumah merupakan gumuk atau bukit, nah Aku mencoba berkeliling kesana meski jalannya becek untuk mengobati rasa penasaranku aku tetap mendaki gumuk itu. pohon jati tumbuh shubur, selain itu ada tanaman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Meski penampilannya seperti buah anggur tapi aku tidak berani untuk memakannya, Aku hanya bisa mengambil gambarnya saja.

(Bukit belakang Rumah)
            Aku terus berjalan menyusuri beberapa pohon jati dan kulihat dibawah kakiku ada binatang yang sering kulihat, tapi kali ini ukurannya lebih besar, yakni kaki seribu atau luwing. Aku mencoba mengambil gambarnya dan saat kuperlihatkan ke kakakku dia Cuma bilang “Gak ada kerjaan foto yang aneh2” hehehe.
(Makanan Enak nih.. hihihi)
(Katanya sih bisa dibuat obat.. apa ini? aku juga gak tahu)

            Oia, kembali ke buah yang mirip anggur tadi. Saat kutanyakan ke kakakku, dia mengatakan bahwa itu adalah anggur, dan saat kutanyakan pada adikku dia bilang itu adalah jenis buah aku lupa namanya dan itu rasanya asam, penjelasan adikku tidak masuk akal karena aku juga tau buah yang dimaksud adikku, karena aku juga pernah sekolah di SMP adikku dulu. Akhirnya Aku tnya ke pemilik rumah asli orang madura, saat dibilang namanya aku malah ketawa, bapak itu bilang itu adalah “leng malengan” dari kata itu aku menangkap arti bahwa ini buah maling-malingan, maksudnya? Penjelasan kedua adalah ini anggur madura dan rasanya asam. Terlalu banyak penjelasan dan nama, yaudah lupakan aja buah ini, dan aku tidak mau memakannya.
(Katanya Sih Anggur Madura. Au ah.. gelap)

            Tak terasa, waktu berjalan cepat, setelah tidur siang dan melaksanakan sholat dzuhur, ayah mengajak kami untuk pulang ke rumah alias kembali ke probolinggo. Setelah berpamitan dan mengecek barang kami langsung menuju balai desa tempat mobil terparkir. Udara dan terik matahari semakin panas, membuat kulitku kemerahan (maklum, jarang terkena matahari. Hahahaah (alay)). Mungkin berat, namun kami harus meninggalkan tempat itu dan suatu saat akan kembali berkunjung lagi. Entah berapa tahun lagi juga tidak tahu. Hahaha.

            Diperjalanan Pulang, Kami berhenti disebuah pasar tepatnya pasar BELEGA di kabupaten sampang. Namun oleh-oleh yang kita cari tidak kami temukan, akhirnya diapasar itu hanya membeli Petis ikan asli khas Madura. Perjalanan kami lanjutkan dan ketika hampir masuk jembatan Suramadu, kami berhenti lagi deretan pedagang kaki lima di pintu masuk suramadu. Wah, rekomendasi pak sopir memang tepat, di tempat ini oleh-oleh yang kami cari ada, juga beberapa sovenir dan kaos suramadu.

            Mumpung disana, Aku mencoba membeli beberapa oleh-oleh dan sovenir. Tak lupa juga memotret beberapa sovenir yang menggambarkan ke khasan pulau madura. Beriku foto-foto sekitar pintu masuk jembatan suramadu

Suasana Pintu Masuk Suramadu (MADURA)

(Memilih Oleh-Oleh)

(Makanan Sebagai oleh-oleh dari madura)

(Ada pak sakera dengan istrinya loh)

(Sovenir berupa hiasan dinding yang menggambarkan Madura)

(Hiasan Dinding  yang berisi aneka macam Senjata (Sabit) khas MAdura)

Setelah dirasa cukup, Akhirnya kami berangkat menuju jembatan dan tak lupa membayar tiket Tol sebesar Rp 30.000 per mobil. Berikut foto-foto yang sempat Aku ambil disekitar Jembatan Suramadu.










            Setelah melewati Jembatan Suramadu, Tantangan baru dimulai. Kami harus berjalan pelan dan merayap karena kondisi jalan raya surabaya sesak dan penuh dengan orang-orang yang pulang dari kantor. Beberapa lampu merah sudah tak terhitung kami leawati, beberapa tikungan yang membuatku tambah pusing utnuk diingat. Akhirnya kami tiba di tempat wisata religi “MAKAM SUNAN AMPEL SURABAYA” Kami melakukan sholat Ashar disana, sekaligus beziarah ke makam Wali Allah sambil menunggu Adzan Maghrib.
(Pintu Masuk menuju Makam Sunan Ampel)

(Suasana Ramainya Pasar Ampel)


            Setelah Sholat dan belanja sesuatu di tempat itu, perjalanan pulang berlanjut namun sebelumnya kami beristirahat dan makan di PITSTOP jalan tol Waru/Gempol ya? (lupa). Hehehe. Dan Alhamdulillah Kami selamat sampai rumah pukul 22:00 WIB, Pas 24 JAM kami meninggalkan rumah. Sekian cerita perjalanan ini, kalau ada kesempatan Aku akan menceritakan perjalananku yang lain. Thanks udah mampir. J




(Nah... kalau ini adalah Foto disekitar rumah di MADURA pengennya diletakan dibelakang psotingan hehehe.)
Share this article :

1 comments:

Dimadura said...

Hanya ada 2 postingan yang menyebut buah Lèng-Malèngan di mbah Google. Padahal saya ingin tahu nama ilmiah buah ini.

Allah tidak menciptakan sesuatu kecuali sesuatu tersebut ada manfaatnya.

Nah, sejak kecil buah ini pernah mengisi hidup saya. Jadi bahan bermain. Sebelum memakannya, kita akan berlari mundur agar saat memakannya tidak merasa gatal di bibir.

Haha. Okelah, masbro.. Terima kasih telah mengungah nama ini. Setidaknya jika ada yang punya alat meneliti, rahasia manfaat buah ini nanti akan terkuak.

Salam Settong Dhara Madura, Taretan!

Post a Comment

Terimakasih Atas Kritik dan saran anda... karena kritik dan saran anda adalah apresiasi terhadap kami. :-) mohon likenya :)

Recent Post

Related Post

Buku Tamu

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Dafone's Note - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Free Templates Blogger