.comments-page { background-color: #00BFFF;} #blogger-comments-page { padding: 0px 5px; display: none;} .comments-tab { float: left; padding: 5px; margin-right: 3px; cursor: pointer; background-color: #f2f2f2;} .comments-tab-icon { height: 14px; width: auto; margin-right: 3px;} .comments-tab:hover { background-color: #eeeeee;} .inactive-select-tab { background-color: #d1d1d1;}
DFN. Powered by Blogger.

SELAMAT DATANG DI DAFONE'S NOTE

Nge-Blog'e arek Go-Blog
Home » , , , , » Bubur Safar, Etnik Food Warisan nenek Moyang

Bubur Safar, Etnik Food Warisan nenek Moyang


Beberapa hari sebelumnya Para tetangga di rumah pada antar bubur ke rumah. Bubur yang kumaksud adalah bubur yang terbuat dari tepung ketan terus dibentuk bulat menyerupai kelereng, dengan kuah kental aroma gula merah berwarna coklat yang sangat menggoda selera. Banyak Versi mengenai bubur ini, Orang-orang Madura menemainya dengan “Tajin Plokor” (Tajin=Bubur, Plokor=Bulat) kalau orang jawa bilang jenang glundur.

            Umumnya Bubur ini disajikan pada bulan Safar dalam kalender Hijriah. Karena ini Adanya dibulan safar maka Aku namai bubur ini sebagai “Bubur Safar”. Tak ada ketentuan atau peraturan yang mewajibkan warga membuat bubur ini. Namun hal ini sudah menjadi tradisi yang sebagian warga beranggapan untuk menghilangkan Na’as/Apes/Hal buruk.

            Namun tak semua orang beranggapan begitu, sebagian lagi membuat bubur dan dibagikan ke para tetangga merupakan kebiasaan turun-temurun dan sebagai bentuk kerukunan bertetangga dengan niatan bersodakoh. Hehehe. Nah kalau di desa sebaung sendiri Masih banyak yang melakukan adat seperti itu. Contohnya beberapa hari yang lalu, Pas tanggal 10 safar di rumah banyak mangkok berisi bubur. Saat ku tanya dari siapa eh ternyata para tetangga bebarengan membuat bubur, dan sebelumnya tanggal 1 safar Ibu dan Kakak juga sudah membuat dan dibagikan. Sebenarnya ini bukan meminta balesan atau saling bertukar makanan, Namun beberapa orang beranggapan kalau gak ikut buat gak enak jadinya.

           Ada segi negatifnya sih mengenai adat seperti ini, ini menyakut Ekonomi Warga yang pas-pasan. Kalau dihari sepeti ini Warga yang tidak membuat bubur dan dirinya banyak dapat dari orang maka dia akan merasa tak nyaman dan terpaksa harus ngutang kesana-kemari. Menurutku sih tak masalah jika tidak melakukan adat seperti itu, tidak usah berfikiran negatif tentang keselamatan deh. Minta aja pertolongan Allah agar selalu diberi keselamatan, itu pun sudah pasti dan tidak harus mengeluarkan duit.

           Namun, ada Trik lain untuk menghemat biaya pengeluaran, beberapa ibu-ibu membuat bubur bukan dari tepung ketan melainkan dari Bubu Mutiara yang sudah siap pakai. Selain itu Ada juga yang tak mau repot dan hanya membuat Ketan yang ditaburi parutan kelapa. hal ini cara untuk berhemat dan masih bisa besodakoh kepada warga sekitar. itulah Adat yang masih berlangsung di desaku yakni desa sebaung, kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo. Berikut Foto-foto Bubu Safar/Tajin Plokor(bhs madura)/Bubur glondor (kata orang jawa). Berikut disajikan Jenang safar yang kemarin sempat bertaburan di rumah. hehehe


Penyajian pakai seterofoam (lebih ringkas)


(Kolak Pisang Ketan, Ada kolangkalingnya juga loh)


Sekian postingan kali ini, Semoga bermanfaat dan menambah wawasan. :-)
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih Atas Kritik dan saran anda... karena kritik dan saran anda adalah apresiasi terhadap kami. :-) mohon likenya :)

Recent Post

Related Post

Buku Tamu

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Dafone's Note - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Free Templates Blogger