Alhamdulillah, sekarang Aku
mulai rajin posting di blog ini, menjadikan blog sebagai Diary dan tempat
berbagi. Kali ini Aku mencoba menceritakan perjalananku ke rumah kakak Ipar di
madura. Tepatnya di kabupaten Sampang kecamatan Robatal desa Torjunan. Meski sebelumnya
aku pernah berkunjung kesana bersama keluargaku.
Well,
karena kami harus tiba disana pagi, tentunya harus berangkat malam hari. Kami sekeluarga
berangkat dari rumah jam sebelas menggunakan Dua mobil. Meski sedikit ngantuk,
tetap saja berangkat demi tiba disana tepat waktu. Perjalanan dimulai jam 22:30
WIB 21 Desember 2012 (hari yang digemborkan kiamat oleh bangsa Maya dan
ternyata tak terbukti) dari probolinggo.
Perjalanan
Malam hari memang lebih baik, karena udara tak terlalu panas, namun ada
kekurangannya yakni kita tidak bisa menikmati pemandangan dijalan. Mobil Xenia
yang kutumpangi dengan beberapa anggota keluarga berada didepan jauh
meningkalkan mobil kedua yang terjebak Macet di probolinggo. Tanpa menunggu
mobil yang dibelakang akhirnya pak sopir berinisiatif menunggu di jalan menuju
Tol Gempol.
Hem…
lumayan lama menunggu mobil kedua, sekita limabelas menit dan akhirnya kami
berkumpul kembali. Beriiringan kami menuju jalan tol dan dengan kecepatan penuh
dan kecakapan serta navigasi sopir di mobil yang kutumpangi akhirnya kami tiba
di Pintu masuk jalan tol jembatan suramadu. Jembatan yang menghubungkan kedua pulau yakni pulau
jawa dan madura perlahan kami lewati. Indahnya pemandangan dimalam hari dan
kencangnya hembusan angin laut beraroma khas mulai menemani penyebrangan kami. Saat
mencari kamera untuk mengabadikan pemandangan malam itu ternyata kamera masih
berada di mobil satunya. “Hadeh.. yaudah semoga saat pulang bisa mengabadikan
jembatan Suramadu”, kataku dalam hati.
Setelah menyebrang, entah kapan Aku mulai terlelap
didalam mobil hingga Akhirnya Aku dibangunkan oleh kakakku. Saat membuka mata,
ternyata kami sudah berada disebuah masjid di kabupaten sampang. Kulihat jam
dinding masjid ternyata menunjukan pukul tiga pagi. Kulihat ada seorang
bapak-bapak berada di dalam masjid, dan kami kira dia adalah takmir masjid. Akhirnya
kami meminta izin kepada takmir masjid untuk numpang istirahat sambil menunggu
waktu sholat shubuh. Alhamdulillah kami diijinkan oleh bapak itu.
(Masjid yang Kami singgahi)
Aku mencoba telentang diatas lantai masjid yang dingin
untuk menghilangkan capek karena duduk terlalu lama. Sepertinya semua kecapean
dan melakukan hal yang sama di teras masjid. Hingga akhirnya adzan shubuh
berkumandang, Aku dan beberpa anggota keluarga yang hendak melakukan sholat
langsung ke kamar mandi untuk berwudlu.
Beberapa
warga sekitar mulai berdatangan, umumnya mereka adalah bapak-bapak dan ibu-ibu
yang sudah berumur untuk melakukan sholat berjamaah. Tidak terlalu banyak
memang, tapi Aku takjub dengan beberpa orang yang datang sambil naik sepeda
kayuh dan ada ibu-ibu yang membawa senter berjalan lewati tengah sawah hanya
untuk berjamaah di masjid. Yang menjadi pertanyaanku adalah kemana para remaja
dan orang-orang yang masih muda? Sebenarnya Aku tak pantas menanyakan hal itu,
karena Aku juga jarang untuk sholat berjamaah. Hehehe. (malas kali). Akhirnya
sholat shubuh selesai, beberpa orang sudah pulang kerumah masing-masing. Tinggal
beberpa bapak-bapak yang lanjut dengan mengaji di masjid. Aku dan keluargaku
malah sarapan di masjid itu. Inilah sarapan bersama yang kami lakukan terlalu
dini untuk dikatakan sarapan. Hehehe.
Matahari
sudah mulai terbit, sebelum melanjutkan perjalanan Aku menyapu masjid dan
membersihkan sampah yang kami tinggalkan. Itulah hal yang haru kita lakukan,
dimanapun kita harus tetap menjaga kebersihan, apalagi itu tempat ibadah. Setelah
yakin cukup bersih seperti semula, Semuanya masuk ke mobil dan Tarik gas menuju
Kecamatan Robatal Sampang Madura. Dan beberpa menit kemudian (kurang lebih 20 menit) kami sampai di Desa Torjunan tujuan kami.
(Balai Desa tempat kami menitipakan MObil)
Mobil yang kami tumpangi diparkir
dihalaman balai Desa, karena Rumah yang akan kami tuju berada di dekat balai
Desa Torjunan. “Alhamdulillah” itulah yang kukatakan ketika menginjakan tanah
madura, karena perjalanan kami ke madura lancar dan selamat dijalan. Oleh-oleh
dari rumah yang berjumlah delapan karton yang isinya bermacam-macam kue dan
sembako juga ikan yang dibawa oleh keponakanku. Maklum kalau ke madura harus
membawa apa yang kiranya gak ada disana, jadi yang kami bawa itu adalah hal-hal
yang sulit didapatkan di desa itu.
Dari Balai Desa, Rumah yang akan
kami kunjungi sudah terlihat, Bangunan baru berbatu bata berwarna putih berdiri
di sebrang sawah. Oia, Entah mengapa Sepanjang perjalanan Aku melihat tumpukan
batu bata berwarna putih dipinggir jalan. Eh setelah bertanya ke orang sana,
Batu putih itu dijual sebagai bahan bangunan. Harganya kalau gak salah denger
Rp 800.000 unutk 2000 batu bata berwarna putih. Itu mahal enggak ya? Mahal tidaknya
tergantung darimana sudud pandang kita, kalau menurut warga sana itu sudah
murah kok. Hehehe.
(Rumah Bertembok Putih)
(Batu batanya berwarna putih loh... asli batu bukan dari tanah dibakar terus diwarnai :D )
Setelah beberapa jam kami tiba
disana, pemilik rumah langsung menyugukan kami makan. Makanan yang sudah
terkenal di pulau madura yakni Sate Madura. Semua orang mendapatkan satu porsi
sate yang terdiri 10 tusuk Sate, terlalu banyak memang yang disediakan untuk
kami. Karena kami tidak menghabiskan apa yang disugukan, mereka bilang bahwa
kami tidak suka makan sate atau sate yang kami makan tidak cocok.
Ingat orang-orang madura meski
terkenal kasar tapi sebenarnya mereka baik. Jamuan yang dilakukan orang-orang
sana memang terlihat berlebihan namun itulah tradisi mereka, menjamu tamu
layaknya seorang raja. Kalau tidak dihabiskan pasti mereka akan sedih karena
mengira masakan mereka tidak cocok dengan lidah tamunya. Kakak hanya menjawab
bahwa kami semua sudah kenyang, dan
memang satenya enak tapi terlalu banyak untuk dihabiskan. Akhirnya meeka
mengerti dengan alasan itu. hehehe
Setelah makan, aku mencoba
berkeliling sekitar rumah, melihat-lihat apa saja yang ada disana. Ketika melihat
kamr mandi, ada sebuah bambu yang dibelah membentang masuk ke kamar mandi
seperti pancuran. Ternyata, di daerah itu masyarakat memanfaatkan air hujan
yang ditadah dari atap rumah disalurkan menuju kamar mandi. Maklumlah daerah
perbukitan yang sulit untuk mendapatkan air. Meski ada tapi umayan jauh untuk
pergi ke sumber air terdekat.
(Saluran Air yang terbuat dari Bambu untuk mengalirkan Air Hujan)
(Suasana Di kamar Mandi)
Disamping kamar mandi agak jauh
sedikit ada dapur yang masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Tungku yang
mereka pakai berbeda dengan tungku pada umumnya yang ku kenal. Aku hanya tahu
tungku dari tanah liat dan tungku dari susunan batu bata merah yang biasa
digunakan oleh oran2 rumah ketika mengadakan acara besar seperti pernikahan dan
acara lain. Tapi orng madura lebih kretif dan sedikit modern, mereka
menggunakan rangkaian besi seperti gambar dibawah ini. Harganya cukup murah,
untuk yang single Cuma 40rb, dan buat yang doubel mencapai 75rb.
|
Tungku buatan warga sekitar |
Dibelakang Rumah merupakan gumuk
atau bukit, nah Aku mencoba berkeliling kesana meski jalannya becek untuk
mengobati rasa penasaranku aku tetap mendaki gumuk itu. pohon jati tumbuh
shubur, selain itu ada tanaman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Meski penampilannya
seperti buah anggur tapi aku tidak berani untuk memakannya, Aku hanya bisa
mengambil gambarnya saja.
(Bukit belakang Rumah)
Aku terus berjalan menyusuri
beberapa pohon jati dan kulihat dibawah kakiku ada binatang yang sering
kulihat, tapi kali ini ukurannya lebih besar, yakni kaki seribu atau luwing.
Aku mencoba mengambil gambarnya dan saat kuperlihatkan ke kakakku dia Cuma bilang
“Gak ada kerjaan foto yang aneh2” hehehe.
(Makanan Enak nih.. hihihi)
(Katanya sih bisa dibuat obat.. apa ini? aku juga gak tahu)
Oia, kembali ke buah yang mirip
anggur tadi. Saat kutanyakan ke kakakku, dia mengatakan bahwa itu adalah
anggur, dan saat kutanyakan pada adikku dia bilang itu adalah jenis buah aku
lupa namanya dan itu rasanya asam, penjelasan adikku tidak masuk akal karena
aku juga tau buah yang dimaksud adikku, karena aku juga pernah sekolah di SMP
adikku dulu. Akhirnya Aku tnya ke pemilik rumah asli orang madura, saat
dibilang namanya aku malah ketawa, bapak itu bilang itu adalah “leng malengan”
dari kata itu aku menangkap arti bahwa ini buah maling-malingan, maksudnya? Penjelasan
kedua adalah ini anggur madura dan rasanya asam. Terlalu banyak penjelasan dan
nama, yaudah lupakan aja buah ini, dan aku tidak mau memakannya.
(Katanya Sih Anggur Madura. Au ah.. gelap)
Tak terasa, waktu berjalan cepat,
setelah tidur siang dan melaksanakan sholat dzuhur, ayah mengajak kami untuk
pulang ke rumah alias kembali ke probolinggo. Setelah berpamitan dan mengecek
barang kami langsung menuju balai desa tempat mobil terparkir. Udara dan terik
matahari semakin panas, membuat kulitku kemerahan (maklum, jarang terkena
matahari. Hahahaah (alay)). Mungkin berat, namun kami harus meninggalkan tempat
itu dan suatu saat akan kembali berkunjung lagi. Entah berapa tahun lagi juga
tidak tahu. Hahaha.
Diperjalanan Pulang, Kami berhenti
disebuah pasar tepatnya pasar BELEGA di kabupaten sampang. Namun oleh-oleh yang
kita cari tidak kami temukan, akhirnya diapasar itu hanya membeli Petis ikan
asli khas Madura. Perjalanan kami lanjutkan dan ketika hampir masuk jembatan
Suramadu, kami berhenti lagi deretan pedagang kaki lima di pintu masuk
suramadu. Wah, rekomendasi pak sopir memang tepat, di tempat ini oleh-oleh yang
kami cari ada, juga beberapa sovenir dan kaos suramadu.
Mumpung disana, Aku mencoba membeli
beberapa oleh-oleh dan sovenir. Tak lupa juga memotret beberapa sovenir yang
menggambarkan ke khasan pulau madura. Beriku foto-foto sekitar pintu masuk
jembatan suramadu
|
Suasana Pintu Masuk Suramadu (MADURA) |
(Memilih Oleh-Oleh)
(Makanan Sebagai oleh-oleh dari madura)
(Ada pak sakera dengan istrinya loh)
(Sovenir berupa hiasan dinding yang menggambarkan Madura)
(Hiasan Dinding yang berisi aneka macam Senjata (Sabit) khas MAdura)
Setelah
dirasa cukup, Akhirnya kami berangkat menuju jembatan dan tak lupa membayar
tiket Tol sebesar Rp 30.000 per mobil. Berikut foto-foto yang sempat Aku ambil
disekitar Jembatan Suramadu.
Setelah melewati Jembatan Suramadu,
Tantangan baru dimulai. Kami harus berjalan pelan dan merayap karena kondisi
jalan raya surabaya sesak dan penuh dengan orang-orang yang pulang dari kantor.
Beberapa lampu merah sudah tak terhitung kami leawati, beberapa tikungan yang
membuatku tambah pusing utnuk diingat. Akhirnya kami tiba di tempat wisata
religi “MAKAM SUNAN AMPEL SURABAYA” Kami melakukan sholat Ashar disana,
sekaligus beziarah ke makam Wali Allah sambil menunggu Adzan Maghrib.
(Pintu Masuk menuju Makam Sunan Ampel)
(Suasana Ramainya Pasar Ampel)
Setelah Sholat dan belanja sesuatu
di tempat itu, perjalanan pulang berlanjut namun sebelumnya kami beristirahat
dan makan di PITSTOP jalan tol Waru/Gempol ya? (lupa). Hehehe. Dan Alhamdulillah
Kami selamat sampai rumah pukul 22:00 WIB, Pas 24 JAM kami meninggalkan rumah.
Sekian cerita perjalanan ini, kalau ada kesempatan Aku akan menceritakan
perjalananku yang lain. Thanks udah mampir. J
(Nah... kalau ini adalah Foto disekitar rumah di MADURA pengennya diletakan dibelakang psotingan hehehe.)